Sunday, August 13, 2006

Life

Yang namanya hidup tuh bener2 nggak mudah ditebak. Siapa yang kira kalau gw yg tadinya udah fixed banget kuliah ke Bandung (dan yakin kalo hasil SPMB gw bakal ancur), ternyata harus banting setir dan transit di Depok untuk 4 tahun ke depan? (atau mungkin jangan-jangan BUKAN untuk 4 tahun ke depan?) Terus, siapa yang kira kalau Primo dan Jesi bakal dapet tempat kuliah di SBM, Shalika dkk dapet tempat di ITB, Deeta dan Suta yang mesti pergi jauh untuk ngelanjutin kuliah??

Ya, itu yang namanya hidup. It is unpredictable. Nggak ada satu pun yg tahu dengan pasti masa depan dari seseorang. Dulu, gw ogah banget kalo disuruh ngelanjutin kuliah ke UI. Eh, mungkin ini yg namanya karma, gw malah end up di kampus kuning ini. Mungkin elo juga pernah mengalami ini. Tapi itulah takdir. Jalan hidup. Fate. Destiny. Whatsoever.

Dan pada akhirnya kita sebagai manusia harus bisa dan harus mau menjalani hidupnya masing-masing. Kita nggak bisa jalan di tempat. Kita harus maju. Life goes on. We have to move on, dengan segala konsekuensi yang ada. Teman, yg tadinya tinggal satu kota dengan kita, sekarang harus pindahan untuk mengejar cita-citanya. Teman, yg tadinya satu negara dengan kita, sekarang harus terbang jauh untuk mengejar harapannya. Jakarta jadi sepi! Yah, mungkin ini cuma awal-awalnya aja, maklum, belom kenal sama teman-teman baru. Alhasil gw jadi kangen dengan keadaan seperti dulu: Teman-teman yang dulu, suasana belajar yang dulu, akhir pekan yang dulu, pengalaman yang dulu.

And this is the point where reality hits and strikes. Gw tertampar. Kalo gw cuma mau yang itu-itu aja, yang statis-statis aja, yang monoton-monoton aja, satu pertanyaan yang mesti gw lontarkan: Am I alive?? Gila!! Apa gw belom siap dengan yang namanya perubahan? Toh, kita juga nggak pisah buat selamanya. Masih banyak tanggal merah nongkrong di kalender. Masih ada jalan tol Padalarang berbaring dengan kalemnya antara Jakarta-Bandung. Masih ada pesawat-pesawat yang terbang wira-wiri ngangkut penumpang. Kenapa mesti cemas?

At the end of the day, kita sadar. Teman adalah seseorang yang bisa bikin kita menikmati hidup. Hidup bakal terasa tawar dan bagai film hitam-putih andaikata kita nggak punya seorang pun teman. Tetapi nggak ada yang salah dengan hidup, atau dengan teman-teman kita. Yang salah adalah cara kita memandang hal. Karena warna yang ditorehkan teman-teman kita adalah abadi. Bukan temporary. So, eventhough they're not here with us, their colors still are.

Jangan pernah biarkan warna itu luntur.

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Hahaha,, lagi feel blue ya ki. Nikmatin aja lah, suasana baru, kampus baru, temen baru, sistem baru. Masa lo mo stuck trus di situ2 lagi.

Mungkin gw kliatan hepi udh di sini, tapi sebenernya gw banyakan nervous nya. Di negara orang, kota ga dikenal, sistem yang sama sekali beda, orang baru, dll. Intinya, yang ngerasa syok dengan perubahan ini tu ga cuma elo, pasti yang laen klo ditanya juga sama. Mungkin sekarang si blum, cause they're still overwhelmed by the newness. But slowly, they're gonna absorb it and feel the same way.

Hehe, ko gw jadi cramah gini. Ya udah, kangen niii, lo rajin online dong.

1:05 am  

Post a Comment

<< Home